Jumat, 29 November 2013
In:
sejarah
Museum Lampung
Seperti daerah lain, Lampung memiliki museum yang mengabadikan perjalanan sejarah di provinsi paling selatan dari Pulau Sumatera ini. Nama museum itu adalah Museum Negeri Propinsi Lampung “Ruwa Jurai”. Museum yang terletak di Jln. Zainal Arifin Pagar Alam No. 64, Rajabasa, Bandar Lampung, ini letaknya begitu strategis. Hanya berjarak beberapa ratus meter dari Terminal Bus Rajabasa dan dekat dengan gerbang Kampus UNILA.
Museum Negeri Lampung diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Fuad Hasan pada tanggal 24 September 1988. Peresmian museum ini bertepatan dengan peringatan Hari Aksara Internasional yang dipusatkan di PKOR Way Halim. Pembangunan museum ini sebenarnya telah dimulai sekitar tahun 1975 dan peletakan batu pertama dilaksanakan pada tahun 1978.
“Ruwa Jurai” yang diabadikan sebagai nama museum ini diambil dari tulisan “Sai Bumi Ruwa Jurai” dalam logo resmi Provinsi Lampung – diresmikan penggunaannya sejak 1 April 1990. Memasuki era otonomi daerah, museum ini beralih status menjadi UPTD di bawah Dinas Pendidikan Provinsi Lampung.
Menurut data tahun 2011, Museum Lampung “Ruwa Jurai” menyimpan sekitar 4.735 buah benda koleksi. Benda-benda koleksi ini terbagi menjadi 10 jenis, yaitu koleksi geologika, biologika, etnografika, historika, numismatika/heraldika, filologika, keramologika, seni rupa, dan teknografika.
Koleksi yang paling banyak adalah etnografika yang mencapai 2.079. Koleksi etnografika ini mencakup berbagai benda buatan manusia yang proses pembuatan dan pemakaiannya menjadi ciri khas dari kebudayaan masyarakat Lampung.
Di antara koleksi-koleksi yang ditampilkan, antara lain pernak-pernik aksesori dari dua kelompok adat yang dominan di Lampung, yaitu Sei Bathin (Peminggir) dan Pepadun. Kedua kelompok adat ini masing-masing memiliki kekhasan dalam hal ritual adat dan aksesori yang dikenakan.
Ritual-ritual adat dari Peminggir dan Pepadun masing-masing ditampilkan secara beralur dari ritual kelahiran, ritual asah gigi menjelang dewasa, ritual pernikahan, hingga ritual kematiannya. Di samping itu, berbagai benda peninggalan zaman prasejarah, zaman Hindu-Budha, zaman kedatangan Islam, masa penjajahan, dan pasca-kemerdekaan juga ditampilkan pada bagian tersendiri. [Ardee/IndonesiaKaya]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar