Jumat, 08 November 2013
In:
Wisata
Taman Nasional Way Kambas
(TNWK) terletak di ujung selatan Sumatera, 110 km dari Bandar Lampung. Merupakan salah satu cagar alam tertua di Indonesia yang menempati lahan seluas 1.300 km² berupa dataran rendah di sekitar Sungai Way Kambas di pantai timur Lampung.
TNWK menjadi rumah dan taman bermain bagi gajah, sekaligus pusat pelatihannya. Di lebatnya taman nasional ini, ada sekitar 200 gajah sumatera (Elephas maximus sumatranensis) menjadikan hutan ini sebagai rumah mereka. Gajah Sumatera adalah salah satu dari tiga subspesies yang diakui sebagai gajah asia dan asli Pulau Sumatera. Secara umum, gajah asia lebih kecil dibandingkan dengan gajah afrika. Gajah sumatera merupakan gajah terkecil dari gajah-gajah yang ada di Asia dengan ketinggian bahu berkisar antara 2 dan 3,2 m. Gajah liar di Sumatera dahulu dapat ditemukan di 8 propinsi di Pulau Sumatera. Namun, karena kepadatan pemukiman dan menyusutnya vegetasi hutan hujan tropis telah menyulitkan untuk memperkirakan jumlah mereka.
Tahun 1978 Taman Nasional Way Kambas diusulkan menjadi taman nasional dengan surat keputusan sementara tahun 1989 dan surat keputusan akhir tahun 1997. Sementara Pusat Pelatihan Gajah Way Kambas resmi didirikan tahun 1985. Lokasinya terletak 9 km dari pintu masuk taman Plang Ijo. Pusat pelatihan gajah ini didirikan untuk melindungi keberadaan gajah dan menciptakan keuntungan antara gajah dan manusia. Gajah di Sumatera dulunya digunakan oleh kerajaan yang memerintah di Sumatera untuk kendaraan berperang dan keperluan upacara.
Di Pusat Pelatihan Gajah Way Kambas, Anda dapat melihat gajah melakukan berbagai tugas seperti mengangkut kayu atau membajak sawah. Mereka juga dapat melakukan aktivitas unik seperti bermain sepak bola dan pertunjukan menghibur lainnya.
Di dalam taman ini juga terdapat Sumatra Rhino Sanctuary (SRS), dimana badak-badak dikenalkan dengan alam sekitarnya dengan harapan penangkaran yang dilakukan berjalan sukses. Pusat penangkaran didirikan tahun 1995, meliputi lahan seluas 100 hektar yang dijadikan tempat pelestarian, penelitian dan pendidikan. Di tempat penangkaran ini terdapat lima badak sumatera(Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis) yang masing-masing diberi nama Rosa, Ratu, Bina, Torgamba, dan Andalas yang bertindak sebagai duta untuk badak-badak liar lainya. Mereka juga dijadikan sebagai spesimen untuk pendidikan dan pelestarian.
Mamalia lainnya yang hidup di taman nasional ini antara lain: badak Sumatera(Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus),anjing hutan (Cuon alpinus sumatrensis), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus); 406 jenis burung diantaranya bebek hutan (Cairina scutulata), bangau sandang lawe (Ciconia episcopus stormi), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), sempidan biru (Lophura ignita), kuau (Argusianus argus argus), pecuk ular (Anhinga melanogaster). berbagai jenis reptilia, amfibia, ikan, dan insekta.
WKNP juga merupakan rumah bagi beberapa tumbuhan antara lain api-api(Avicennia marina), pidada (Sonneratia sp.), nipah (Nypa fruticans), gelam(Melaleuca leucadendron), salam (Syzygium polyanthum), rawang (Glochidion borneensis), ketapang (Terminalia cattapa), cemara laut (Casuarina equisetifolia), pandan (Pandanus sp.), puspa (Schima wallichii), meranti (Shorea sp.), minyak (Dipterocarpus gracilis), dan ramin (Gonystylus bancanus).
Mamalia lainnya yang hidup di taman nasional ini antara lain: badak Sumatera(Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus),anjing hutan (Cuon alpinus sumatrensis), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus); 406 jenis burung diantaranya bebek hutan (Cairina scutulata), bangau sandang lawe (Ciconia episcopus stormi), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), sempidan biru (Lophura ignita), kuau (Argusianus argus argus), pecuk ular (Anhinga melanogaster). berbagai jenis reptilia, amfibia, ikan, dan insekta.
WKNP juga merupakan rumah bagi beberapa tumbuhan antara lain api-api(Avicennia marina), pidada (Sonneratia sp.), nipah (Nypa fruticans), gelam(Melaleuca leucadendron), salam (Syzygium polyanthum), rawang (Glochidion borneensis), ketapang (Terminalia cattapa), cemara laut (Casuarina equisetifolia), pandan (Pandanus sp.), puspa (Schima wallichii), meranti (Shorea sp.), minyak (Dipterocarpus gracilis), dan ramin (Gonystylus bancanus).
Di area sekitar Way Kanan, ada lokasi dimana Anda terdapat tempat pengamatan burung. Spesies yang paling menarik di sini adalah mentok rimba dan burung botak hutan.
Coretan tinta sejarah perjalanan Cina Kuno menyebut suatu wilayah di bagian paling Selatan Sumatra yang disebut “Lampung” atau “wilayah angin Selatan”. Hal ini menunjukkan bahwa Lampung telah ada dan dikenal cukup lama dalam dunia perdagangan.
Provinsi Lampung secara umum wilayahnya datar dengan gunung-gunung tinggi seperti Gunung Pesagi, Tanggamas, Seminiung, Sekincau dan Raya yang merupakan gunung berapi tidak aktif. Bandar Lampung, ibu kota Lampung, dulunya merupakan dua kota yang terpisah yaitu Tanjungkarang dan Pelabuhan Teluk Betung yang tertutup oleh debu gunung berapi setelah Gunung Krakatau meletus. Dalam perkembangan selanjutnyanya, kota ini telah menjadi satu kota. Secara geografis Provinsi Lampung terletak antara 3045' Lintang Selatan dan 103050' – 105050' Bujur Timur dengan luas wilayah 35,376,50 km². Curah hujan di Lampung cukup tinggi tiap bulannya yaitu berkisar antara 2–27 hari. Temperatur berkisar antara 22,50C –32,80C dengan kelembaban berkisar antara 80%-88%.
Banyak jenis wisata yang dapat Anda di Lampung di antaranya beberapa kampung tua seperti Sukau, Liwa, Kembahang, Batu Brak, Kenali, Ranau, dan Krui Lampung Barat. Ada juga Festival Sekura yang diadakan dalam seminggu setelah Idul Fitri di Lampung Barat, Festival Krakatau di Bandar Lampung, Festival Teluk Stabas di Lampung Barat, Festival Way Kambas di Lampung Timur.
Sejarah
Peninggalan sejarah menunjukkan bahwa Lampung dulunya ialah bagian dari Kerajaan Sriwijaya hingga abad ke-11. Setelah itu, Lampung menjadi bagian dari Kerajaan Melayu. Beberapa peninggalan megalitikum yang masih ada di Pugungraharjo dipercaya berumur lebih dari 1.000 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Lampung dipengaruhi agama Hindu dan Budha. Lampung dikuasai kesultanan Banten sejak 1500 hingga 1800 M. Putra mahkota Banten, Sultan Haji, menyerahkan beberapa wilayah kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa kepada Belanda. Di dalamnya termasuk Lampung sebagai hadiah bagi Belanda karena membantu melawan Sultan Ageng Tirtayasa.
Lampung dengan tanahnya yang subur terkenal sebagai penghasil lada hitam. Lada hitam pula yang mengilhami bangsa Eropa untuk menguasai wilayah ini. Penguasaan sumber rempah-rempah dunia berarti menguasai perdagangan dunia dan tentu saja wilayahnya. Tidak heran jika Kesultanan Banten khawatir wilayah ini di rebut pihak lain. VOC mengklaim menguasai wilayah ini sampai abad ke-17. Pemerintah Hindia Belanda sempat mentransmigrasikan orang ke Lampung untuk mengatasi masalah kepadatan penduduk di Pulau Jawa.
Kejayaan Lampung sebagai sumber lada hitam pun mengilhami para senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan, ketika Lampung diresmikan menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam menjadi salah satu bagian lambang daerah itu. Namun, sayang saat ini kejayaan tersebut telah pudar.
Transportasi
Penerbangan domestik terbang setiap hari dari Jakarta. Terminal bus Rajabasa adalah salah satu tempat tersibuk di Sumatra dengan arus keberangkatan yang ramai. Perjalanan dari Jakarta memakan waktu 8 jam, termasuk penyebrangan Selat Sunda dari Merak ke Bakaheuni Lampung melalui kapal feri. Selain itu ada tiga kereta api beroperasi dari Palembang setiap harinya.
Masyarakat dan Budaya
Lampung telah menjadi tempat berbaurnya masyarakat dari berbagai macam suku di Indonesia yang bertransmigrasi sejak masa penjajahan. Bahkan banyak masyarakat Lampung suku Jawa yang belum pernah menginjakkan kakinya di Pulau Jawa.
Jika Anda berkunjung ke Lampung, jangan heran menyaksikan jumlah suku asli lampung lebih sedikit dibandingkan suku-suku pendatang lainya. Hal ini di karenakan transmigrasi sejumlah besar-orang dari pulau Jawa.
Ada berbagai jenis tarian khas Lampung. Salah satu jenis tarian yang terkenal adalah tari sembah disebut juga sigeh penguten dan Tari Melinting. Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat Lampung sebagai tarian penyambutan tamu dan kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung.
Kuliner
Dipengaruhi oleh provinsi-provinsi tetangganya, masyarakat Lampung menyukai berbagai jenis makanan. Terutama makanan Sumatra Barat yang pedas dan Anda temukan di mana-mana. Makanan khas Palembang juga tersedia di setiap sudut kota Lampung seperti pempek, tekwan dan makanan khas Palembang lainnya. Selain itu, Lampung juga terkenal dengan keripik pisangnya yang bisa Anda bawa pulang sebagai buah tangan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar